Disclaimer: aku bukan seorang religious dan bukan pula orang yang “terlalu” taat dengan agama. I’m not perfect. Akan tetapi, semoga tulisan ini bermanfaat.
Kisah ini terinspirasi oleh Muhammad Assad, seorang entrepeneur, blogger, speaker, motivator, dan juga penulis. Salah satu bukunya yang terkenal adalah Notes From Qatar dan Sedekah Super Story. Fyi, kisah yang tercantum dalam kedua buku tersebut diambil dari blog pribadinya. Jujur saja, begitu banyak pelajaran dan motivasi yang dapat kuambil dari tulisan-tulisannya terutama tentang indahnya berbagi yang dituangkan dalam buku Sedekah Super Story. Nah, kali ini izinkan aku menceritakan kisah sederhana yang luar biasa ini.
Kisah ini aku tulis kembali ke blog ini yang sebelumnya sudah pernah kutulis di buku diary-ku. Bukan untuk tujuan pamer atau riya. Tapi, aku berharap dengan adanya tulisan ini dapat memotivasi kamu layaknya aku yang telah termotivasi oleh Muhammad Assad. Semoga, ya!
Terjadi pada suatu Jum’at di bulan Oktober tahun 2017 silam.
Setelah jam perkuliahan telah usai, kami IShoMa (Istirahat Sholat Makan). Fyi, aku kuliah di sebuah institut Islam. Karena hari Jum’at, sebagai muslim aku harus menunaikan ibadah shalat Jum’at. Aku shalat di salah satu masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus. Biasanya ketika menunaikan ibadah shalat Jum’at, aku selalu berusaha menyisihkan beberapa uangku untuk disedekahkan di kotak amal masjid. Namun, pada saat itu aku merasa ragu untuk bersedekah. Hal itu dikarenakan uang yang ada di sakuku hanya tersisa Rp7.000,00 yaitu dengan pecahan Rp5.000,00 dan Rp2.000,00. Ditambah lagi, setelah shalat aku berencana untuk browsing di WarNet (Warung Internet). Dalam pikiranku: jika aku menyedekahkan sebesar Rp5.000,00 aku takut tidak ada uang untuk membayar billing WarNet. Btw, sebegitu pentingnya browsing daripada makan dalam pikiranku. Hahaha…. Sebenarnya aku masih memiliki backup di rekening. Tapi, aku tidak ingin tarik tunai. Jika aku melakukannya, aku percaya bahwa uang tersebut pasti akan cepat habis. Mungkin kamu juga pernah atau sering merasakan hal yang sama. Jadi, aku berusaha untuk menghindari godaan tersebut.
Singkat cerita, akhirnya aku memutuskan untuk bersedekah sebesar Rp2.000,00 ke kotak amal bertuliskan “Yatim”. Tak lupa aku berdoa lirih dan meminta ke Allah agar uang yang aku sedekahkan tersebut dibalas agar aku tidak tarik tunai ke ATM. Nominalnya mungkin saja kecil, tapi aku berusaha dan inshaAllah ikhlas. Mungkin agak aneh ketika aku mengatakan ikhlas tapi berharap untuk dibalas. Lho? Kenapa tidak? Toh, kita meminta kepada Tuhan yang kekayaannya meliputi seluruh alam semesta dan seisinya. Seperti yang aku baca di buku Muhammad Assad, Allah akan sangat malu untuk berhutang kepada hamba-Nya. Jadi, Allah akan segera membalas kebaikan yang ditunaikan oleh hamba-Nya.
Nah, setelah menunaikan shalat Jum’at aku menuju WarNet dengan sisa uang sebesar Rp5.000,00 di kantong. Ketika membayar, ternyata billing-ku hanya Rp2.000,00. Kebetulan aku browsing hanya sebentar karena masih ada perkuliahan yang harus diikuti. Selanjutnya aku berangkat ke kampus dengan membawa uang hanya Rp3.000,00. Sesampainya di kampus, ternyata perutku lapar. Memang sudah waktunya makan siang. Tapi, aku malas ke warung sendirian. Dari tempat parkir, aku melihat Edo, salah seorang teman satu kelasku berdiri di depan pintu gedung fakultas. Lantas aku mengajaknya untuk menemaniku ke warung. “Pitih awak ndak ado do, Yung,” serunya. (Aku tidak punya uang, Yung) Karena aku memiliki uang Rp3.000,00, aku mengatakan ke dia untuk jajan dengan uangku. Kita bagi dua agar adil. Edo setuju. Dengan modal Rp3.000,00 cukup untuk mengganjal perut hingga sore. Hehehe….
Singkat cerita, keesokan harinya aku menolong orang tua berjualan di pasar. Seperti biasa, setiap hari Sabtu di dekat rumahku ada pasar mingguan dan orang tuaku berjualan di sana. Sebagai anak yang baik dan berbakti kepada orang tua serta rajin menabung, aku berkewajiban untuk membantu. Wkwkwk…. Sekitar pukul 10.00 pagi, salah seorang saudaraku datang. Tiba-tiba dia memberiku uang sebesar Rp100.000,00. Kontan! Seketika aku kaget dan teringat akan sedekah yang aku tunaikan di hari sebelumnya. Speechless. Sungguh pertolongan Allah begitu dekat kepada hamba-Nya. Aku langsung membayangkan tentang kisah Rp2.000,00 yang aku sedekahkan dan kini diganti dengan lima puluh kali lipat secara kontan dan dalam jarak tidak sampai sehari. Aku bersedekah pada siang hari sekitar pukul 13.20 saat menunaikan shalat Jum’at dan sekarang Allah ganti di pukul 10.00 pagi. Lima puluh kali lipat pula!
Memang benar adanya, ramai orang berkata bahwa sedekah tidak akan membuat kita miskin. Tidak akan pernah! Mungkin logika dalam matematika kehidupan bahwa dengan bersedekah tentu akan mengurangi jumlah harta. Namun, logika matematika Allah hal demikian tidak berlaku. Itu adalah dua hal yang berbeda. Kamu bisa membuktikannya sendiri. Sekarang juga! Tunggu apa lagi?
Aku masih ingat ketika seorang guru MTs-ku, Pak Abbas pernah berkata bahwa berbuat kebaikan sudah terhitung sedekah yang salah satunya adalah dengan memberikan senyuman. Hehehe…. Sebagai penutup, Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ada (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 274)
Au ah…. Lagi bener….