Video di atas aku buat saat aku mengikuti kompetisi RODE Master Your Craft pada tahun 2019. Secara garis besar, begitulah perjalananku yang pada akhirnya membawaku untuk menekuni the world of filmmaking atau untuk cakupan lebih luasnya: dunia kreatif. Lemme tell you guys the more detailed story about me in this case here.
It all started in 2016. Waktu itu, aku tengah duduk di bangku SMA kelas XI. Sebagai informasi tambahan, kebetulan aku menempuh pendidikan di sekolah unggulan yang berlokasi dekat daerah tempat tinggalku. Sesuai julukannya, semua siswa berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di bidangnya masing-masing yang pada umumnya di bidang akademis. Ada yang mengikuti olimpiade sains, lomba matematika, lomba cerdas cermat, dan lain sebagainya. And what about me? Of course, dari segi kemampuan aku bisa mengikuti beberapa kompetisi sains. Bahkan aku termasuk ke dalam kelompok inti olimpiade sains untuk bidang kebumian setelah melalui proses seleksi dari pihak sekolah karena begitulah budaya di sekolahku.
Dari semua kompetisi yang berhubungan dengan akademis, aku selalu menjadi orang yang di bawah rata-rata. Ini cukup aneh mengingat di tingkat sebelumnya (SMP dan SD), justru bidang akademislah yang menjadi kecenderunganku. “Ah, SD sama SMP mah pelajarannya masih gampang.” Jika begitu, harusnya semua siswa tidak memperoleh rapor merah dong? Hehehe…. Intinya ada sebuah penurunan yang cukup drastis waktu aku menginjak sekolah menengah ini dan hal tersebut cukup membosankan bagiku. Sementara aku menempuh pendidikan di sebuah sekolah unggulan yang boleh dikatakan sangat menjunjung akademis. Otomatis aku merasa minder, dong! Wkwkwk…. I was like: what happened to myself? Di saat teman-teman yang lain berhasil mengukir prestasi, aku masih begitu-begitu aja.
Nah, pada suatu ketika, ada seorang guruku yang memberikan informasi dan menyuruhku untuk mengikuti lomba FLS2N atau kependekan dari Festival Lomba Seni Siswa Nasional dan beliau menyarankan untuk mengambil di bidang film pendek. Jujur saja, waktu itu tidak ada sedikit pun pengalamanku dalam membuat film dan otomatis responku sedikit terkejut dengan tawaran tersebut. Tapi, setelah dipikir-pikir ada baiknya untuk sekedar mencoba. Not a big problem, tho. Akhirnya setelah setuju, aku digabungkan dalam satu tim yang terdiri dari Uwan dan Pais.
Berdasarkan informasi awal yang diperoleh, seluruh peserta di cabang film pendek hanya mengirimkan soft file-nya saja. Jadi, kita hanya mempresentasikan hasil karya tersebut waktu kompetisi berlangsung. Setelah semua ready, selang beberapa hari sebelum lomba, peraturan diubah. Kaget, dong! Mau gak mau kami harus membuat script lagi untuk karya selanjutnya. Anggap saja film yang telah kami buat sebelumnya sebagai ajang coba-coba. Pemanasan.
Long story short, tiba di hari H kami bertiga membuat film pendek dengan tema yang telah ditentukan. On site. Kami harus bisa memanfaatkan daerah sekitar lokasi sebaik mungkin untuk menghasilkan angle yang bagus. Waktu yang diberikan dari jam 09.00 hingga 15.00 sudah mencakup keseluruhan proses dari shoot hingga editing. Walaupun telat sekitar sepuluh menit-an, kami menyelesaikannya dengan hasil yang maksimal. Dan setelah menerima pengumuman, kami berhasil memperoleh peringkat kedua. Itu pun dengan beberapa drama yang kata sang juri bahwa kamilah juara pertamanya. Sayangnya, hanya peringkat pertama yang akan diutus ke tingkat provinsi. Otomatis kami sudah gugur. But that’s okay. Berikut film pendek yang kami buat saat itu.
Dari sinilah, akhirnya aku mulai menekuni dunia perfilman. Yang awalnya aku hanya mengejar bidang akademis tapi selalu gagal. Mencoba bidang non-akademis, for the first time pula, eh langsung meraih prestasi. Bagiku, hal-hal semacam ini sangat menyenangkan and I do really enjoy it! Through filmmaking, I could explore anything related to art. Menurutku, filmmaking itu aneh tapi nyata. Imajinasi-imajinasi liar manusia bisa divisualisasikan. Contohnya tentang superhero yang sebenarnya tidak ada di dunia nyata, namun bisa menjadi nyata. Dan lebih dari itu, banyak sekali komponen-komponen penunjang untuk membuat sebuah film seperti musik, tata rias, desain, tarian, sulap, pertarungan, dan lain sebagainya yang mana seni tersebut dirangkul menjadi satu menjadi sebuah film. Hebat, bukan?
Lanjut. Nah, dari ketidaksengajaan tadi yang membuatku sadar bahwa passion yang kumiliki ternyata di bidang non-akademis. Di sanalah kekuatanku yang sebenarnya. Hahaha…. Berawal dari filmmaking, hingga kini aku sudah merambah ke bidang lain sejenisnya. So, you guys just try to find your passion and dive deep into it.